Friday, November 8, 2013

Cak Nun dan Kiyai Kanjeng Turut Meriahkan Dies Natalis UNEJ ke 49


Suasana tahun baru Islam 1435 Hijriah di Kampus Tegalboto berlangsung gayeng. Pasalnya budayawan Emha Ainun Nadjib beserta rombongan Kiyai Kanjeng-nya, tampil menghibur seluruh sivitas akademika Universitas Jember beserta masyarakat Jember dengan taushiyah yang diselingi penampilan rancak musik beraneka genre. Tak heran para penonton yang hadir di lapangan Timur Kampus Tegalboto betah bertahan walau acara baru usai dini hari (5/11). Kehadiran Emha Ainun Nadjib beserta Kiyai Kanjeng dalam rangka meramaikan kegiatan Festival Tegalboto dalam Peringatan Dies Natalis ke 49 Universitas Jember yang juga kebetulan bertepatan dengan tahun baru Islam.
Acara malam itu dibuka dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh Kiyai Kanjeng, yang dengan apik memadu padankan alat musik gamelan dengan alat musik barat seperti gitar, drum atau keyboard. Dari lagu pop, dangdut, qosidah, reggae sampai sholawat mengalun merdu. Perpindahan dari satu jenis musik ke jenis musik yang lain terasa lembut, menandakan kematangan bermusik para personel Kiyai Kanjeng yang sudah unjuk kebolehan dari Napoli di Italia hingga Maroko. Bahkan di awal penampilan Kiyai Kanjeng unjuk kebolehan menyanyikan lagu hits dari grup band metal Metallica, Sad But True yang mengundang decak kagum hadirin.
Penampilan Kiyai Kanjeng kemudian dilanjutkan dengan penampilan Emha Ainun Nadjib, Sang Kyai Mbeling yang malam itu mengajak diskusi hadirin semuanya mengenai berbagai permasalahan bangsa. Gayanya yang santai tapi serius justru menjadikan materi diskusinya mudah dicerna tanpa terkesan menggurui. Bahkan justru gelak tawa yang banyak terdengar di sana sini.  “UNEJ memang ada di tepi, jauh dari pusat kekuasaan, tapi tidak usah sedih sebab jika berprestasi dan berguna bagi masyarakat maka toh akan dikenal,” ujar suami Novia Kolopaking ini.
Lebih lanjut budayawan asal Jombang ini kemudian meminta lulusan Kampus Tegalboto agar menjadi pribadi-pribadi yang memiliki semangat ijtihad, menjadi orang-orang yang kreatif dan inovatif dan bukannya hanya taqlid belaka atau sekedar menjadi pengikut. “Para sarjana yang dihasilkan oleh UNEJ harus berperan nyata dalam masyarakat seluas mungkin sesuai dengan keahliannya masing-masing. Jangan minder apalagi merasa inferior, itu justru penyakit yang mesti diberantas kalau Indonesia mau maju,” katanya lagi.
Pria asli Jombang ini kemudian mencontohkan Kiyai Kanjeng yang menggabungkan alat musik asli Indonesia sepert gamelan dan alat musik barat dalam setiap penampilannya. Justru kebolehan mengkolaborasikan keduanya menjadi nilai tambah yang tidak dimiliki musisi lain. “Gamelan Kiyai Kanjeng memainkan musik klasik di Napoli dipuji, menampilkan musik Arab klasik di Maroko disuka. Apa sih yang orang Indonesia tidak bisa ? Kita ini bukan bangsa dunia ketiga,” tukasnya memotivasi hadirin yang didominasi oleh mahasiswa.
Kedatangan Emha Ainun Nadjib di Kampus Tegalboto juga menjadi semacam reuni kecil baginya, betapa tidak Emha malam itu bertemu sahabat yang sudah hampir empat puluh tahun tidak dijumpainya. Dia adalah Guru Besar sekaligus budayawan dari Fakultas Sastra Universitas Jember, Prof. Dr. Ayu Sutarto. “Dulu kami sama-sama kumpul di Malioboro di tahun 70-an. Yang saya ingat, kami sering menunggu kedatangan Almarhum Umar Kayam yang saat itu menjadi Dirjen Radio Televisi dan Film untuk minta ditraktir wedang ronde,” jelas Prof. Dr. Ayu Sutarto mengingat kisahnya bersama Emha.
Sementara itu dalam sambutan pembukaannya, Rektor Universitas Jember, Drs. Moh. Hasan, MSc., PhD berharap moment Tahun Baru Islam 1 Muharram 1435 Hijriah membawa semangat baru untuk sivitas akademika Kampus Tegalboto. “Untuk itu kami meminta dukungan kepada segenap masyarakat Jember agar di usianya yang sudah mencapai 49 tahun Universitas Jember makin mampu memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara,” ujarnya.

0 comments:

Post a Comment